Dia dikenal lelaki sholeh di antara teman-temannya. Aktivis dakwah yang mapan dan berada. Sudah punya usaha yang sudah dirintisnya sejak kuliah. Begitu juga calon istrinya. Berjilbab. Juga aktivis dakwah. Walau berasal dari keluarga kurang mampu.

Tapi, pedih sekali mengetahui kisah keduanya. Yang gagal menikah. Dan berakhir nestapa.

Seminggu lagi mereka menikah, keduanya hendak memeriksa calon bakal rumah. Letaknya lumayan jauh, sehingga kemungkinan besar mereka harus menginap.

Awalnya, sang calon istri tak mau pergi berdua saja. Sehingga dicarilah orang ketiga menemani. Seluruh teman sang calon istri tak bisa. Memang, akhirnya ada yang menyanggupi. Berangkatlah ketiganya, tapi di tengah jalan: ditelepon keluarga. Ada urusan mendadak. Dia harus pulang, saat itu juga.

Sang lelaki sholeh dan calon istrinya dihadapkan pada kondisi nanggung. Karena merasa tak mungkin kembali lagi, keduanya melanjutkan perjalanan.

Mereka lalu memeriksa rumah itu. Berbincang. Berdegup. Saling pandang. Tergoda. Dan… terjadi. Mereka melakukan dosa besar itu di sana.

Tak peduli kalau mereka aktivis dakwah. Tak peduli dengan pendidikan Islam yang selama ini mereka terima. Tak peduli mereka harusnya menahannya. Toh hanya beberapa hari lagi. Setelah itu semua berpahala. Bukan membuat Allah murka.

Tapi, semua sudah terjadi.

Dan saat iman telah kembali, penyesalan itu memenuhi dada. Kepala. Seluruh tubuh. Hingga terpancar di wajah-wajahnya.

Paginya, mereka hendak pulang ke rumah masing-masing. Namun, sang lelaki sholeh dihantui peristiwa semalam. Dia merasa begitu bodoh. Merasa tolol. Rasanya perjalanan takwanya telah berkeping-keping. Dia mengendarai mobil dalam hati yang mengawang. Pikiran yang tak awas. Sepertinya. Hingga, kecelakaan terjadi. Dan lelaki sholeh itu meninggal. Saat itu juga.

Sang calon istri sempat koma sebelum tersadar. Ia terbangun dengan hati semakin hancur. Dia tak jadi menikah. Terlanjur berzina. Dan hamil. Tak tahu apa kata teman-teman aktivis dakwahnya saat ia melahirkan anak hasil perbuatan terlarang itu. Bahkan keluarga calon suaminya tak percaya, menuding anak itu benih lelaki lain.

“Doakan saya kuat, Ustadz,” mohonnya pada Salim a. Fillah, yang telah terlebih dahulu mengisahkan cerita ini dalam salah satu tulisannya.

Ya Allah. Na’udzubillah. Lindungilah kami dari akhir semacam ini.

 
Top